Selasa, 12 Juni 2012

Semoga Tercapai


Satu-satunya konsep sebuah janji yang saya tahu adalah : harus ditepati. Kadang tergelitik perasaan saya mencetuskan janji pada diri saya sendiri. Kadang kegilaan pada kefuturistisan membuat adrenalin saya redup-terang. Takkan saya ulangi lagi ketidakgembiraan orang tua saat menduduki salah satu jurusan diperguruan tingginya dulu. Beliau dapat kesimpulan - dan kesimpulan itu yang coba ditanamkannya kuat pada saya - bahwa apapun yang kamu kerjakan harus sesuai dengan kapasitasmu. Bahwa tidak akan mudah bayangan kita bisa menyamai besarnya bayangan orang lain. Hidup susah ditebak, bung!

Kegagalan yang kamu pernah rasakan untuk dijadikan pedoman langkah selanjutnya itu absolut kau percaya menskipun agak kuno. Takkan saya ulangi lagi keluhan yang menitikberatkan pada susahnya suatu bidang pelajaran tertentu. Takkan saya ulangi lagi curhatan pada orang tua saya tentang betapa buruknya nilai akademis IPA saya. Takkan lagi saya merasa mau menangis setiap kali mendapat nilai IPA dibawah standar padahal saya sudah pontang-panting belajar sebelumnya, sementara teman-teman yang lain mendapat nilai yang memuaskan hanya dengan sedikit belajar disekolah.

Tidak akan lagi saya membentuk postur yang sama agar bayangan saya sama dengan bayangan orang lain.
Tidak akan lagi saya terbayang-bayang nilai akademis yang buruk sebelum tidur.

Akan saya tebus semua kegagalan akademis di IPA dengan sesuatu yang benar-benar saya minati nanti di perguruan tinggi, saat saya mencurahkan betapa senangnya saya mendapat IPK yang memuaskan pada orang tua saya, akan saya tukar keluhan dengan teriakkan kesenganan.

Saya hanya akan berdiri di atas bayangan saya sendiri, mengejar pintu nya di kelas 3 nanti, lalu mengukir senyum kebahagiaan pada orang-orang yang berperan besar dalam hidup saya : Orang Tua.

1 komentar: